Minggu, 16 September 2018

Mei

Hai...
Sapa yang canggung, rapuh, tak ada niat.
Tawa, cerita, canda kini berkarat.
Senyum ku karena tak melihat.
Senyum mu menjauhkan hajat.

Diksi pun terbatas, aku mengutuk keadaan.
Kau mengunci gerbang pintu masuk halaman.
Semut-semut hitam berjejer merubah peranan.
Putus putus berbaris tak ada aturan.

Cuma terbatas satu tema, padahal ada satu buku kosong.
Entah siapa yang berbohong.
Ini bukan cerita dongeng, apalagi kisah cengeng.
Anggap saja celengan rindu, brankas isi bahagia ku.

Coba tanya hatimu sekali lagi.
Adakah kesannya masih ada disini?
Saat pundakku kau tarik untuk bersandar.
Saat tangan ini kau genggam karena berusaha tegar.

Aku mencoba mengenang dibawah mendung.
Janji terakhir dengan muka yang murung.
Detik terakhir mencoba saling membahagiakan.
Suatu hari kita akan kembali dipertemukan.

Mei...
Awal dan akhir.
Mei...
Benci dan cinta yang tak ada akhir.

Masih berkutat dengan kumpulan lembar kertas yang mungkin bermakna.
Menjemput hujan yang sebentar lagi datang.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar