Senin, 11 Maret 2013

Parodi Topeng

Lelah saat terperanjat dari pejam kelam yang mengalunkan dawainya.
Untuk sebuah khayalan yang menunjukan malam sesaat.
Mendekaplah aku dalam keheningan rasa. Tunjukan aku dan kemudian bersembunyi.
Dibalik kesenjangan yang merintih.
Dibalik nyata yang terkubur.

Sengatan cinta itu yang melumpuhkan semua persendian tulang. Aku pun akhirnya hanya membisu.
Menahan tetesan air mata selubung rindu. Tinggikan ego untuk semburatkan raut dan tenggelamkan gelap.
Kemudian terpaku.
Sambutan binar yang hilang entah karena ragu atau lagi-lagi ego yang menunjukan keperkasaanya.
Aku bernyanyi sendiri..
Aku  bernyanyi tanpa dawai..
Tanpa nada, tanpa rasa..
Bernyanyi kemudian berhenti, kemudian berlari mundur..

Tak seekor semutpun di bawah kakinya mematri untuk sekedar..
Ketika peri kecil yang sayapnya melebar menyesakan langit memberi pelangi.

Sebuah mahakarya gelombang warna yang terbias...
Aku lelaki miskin yang menari..yang mengagungkan lembah dalam lembab.
yang mendambakan kelemahan hati yang terkuras ego...


si miskin dalam pelataran belukar