Sabtu, 05 Juli 2014

Kelakar dan Haru

Kau.
Maaf jika aku tidak peduli cahayamu.
Jika aku tak berusaha  menyibak gelapnya.
Dengan sepertinya hangatmu terendap sungai terbentang.
Aku tak bisa bicara apa.
Aku tak bisa melangkah setapak.
Maaf karena aku akan hanya menunggu.
Karena setiap nafas ada hela.
Dan setiap kalimat ada jeda.
Dan akhirnya setiap langkah ada lelahnya.

Kau lebih benderang dalam keluhmu.
Dalam setiap airmata yang mengalir di pipimu.
Kau aku dan kubangan sedih deritamu.
Meski kita selalu berjarak.
Meski kita selalu berseberangan.

Tapi setiap saat engkau akan meminta nafasku.
Aku akan berikan hingga aku tak memerlukan paru-paruku lagi.

Berkelakar dengan pengorbanan.
: Pria muda dalam keangkuhan egoisme.

Balikpapan 5:7

Selasa, 01 Juli 2014

Killing Consipiracy

Seperti saat ini waktu berjalan semakin cepat.
Menjauhi semua yang sendiri dan menggilas yang diam.
Lelah dan penat kemudian menggila.
Kau tak pernah tau dengan siapa saat ini kau bergandengan.
Kedok kepalsuan yang bermuka dua.
Atau mungkin dunia ini yang berkonspirasi.
Kau bahkan akan kehilangan isi otakmu. Yang tinggal hanya sebagian keraguan.
Dan yang sebagian lagi adalah ketamakan.

Lidah terus bergerak dalam kebisuan, teriakan tanpa suara. Melangkah melalui jalur hijau.
Terbang lepas bagaikan kapas,
Kau yang terus menerus memeperlihatkan wajah bak malaikat bersinar.

Aku bukan cenayang dan bukan juga pengendali bola kristal.
Tapi setidaknya sekarang atau bahkan nanti aku yang akan mengendalikan pikiranmu.
Kau dalam gengaman tanganku.
Sampai suatu saat aku membebaskanmu. Saat kau berdiri di kakimu, saat kau menggengam dengan tanganmu, dan saat kau meneguk air untuk kerongkongan budak mu.

Sedikit-demi sedikit haluan aura ini akan berubah, mencampakan keduluan dan bersahaja.
Menggiring kerumunan domba saat senja menampakan wajahnya.
Lalu kembali merajut asa dalam tembang tarian gemulai bintang dan bulan.


:kembali pada saat yang tepat.
kerumunan azaziel berwujud tanah.
01:07