Senin, 12 Desember 2016

Sendu Melagu

Hening yang tercipta malam ini, seolah menguak kembali naskah kesendirian.
Menari dalam ruang kosong, tempat kita dulu menciptakan irama.
Tempo mengalun lambat dalam nada yang terkikis.
Semakin melemah, terpencar dalam berbagai arah.
Jari jari yang bergetar, kenangan yang berputar pelan.
Perlahan pesta ini berakhir, dan kamu tahu maaf saja tak akan cukup.
Raja yang bermetamorfosis menjadi benalu.
Aku sadar diri, ini sudah diakhiri.
Lalu untuk apa berusaha memulai lagi.
Entahlah, sebuah tragedi.
Hadir begitu saja, tanpa aku mau. Tiba-tiba saja menghukum semua kesalahan.
Membuat malam sempit, dan matahari terbit sebelum saatnya aku bermanja dengan embun.
Tak bisa berdiri, satu kaki terhisap kubangan pasir.
Aku letih, hampir tak tahu apalagi yang harus dipercayai.

Meranai takdir mengecam satir.
Disudut, sendiri merengut.

Jakarta, pertengahan Desember.
13:12