Selasa, 30 Januari 2018

Dunia Dua Warna

Kanvas itu tergeletak, di pinggiran tembok yang retak.
Angin berhembus halus, menenangkan jiwa yang lapar dan kurus.
Sadarkah sesaat lalu kau tersesat?

Melirik melati putih, dan kau pastikan itu bersih.
Mencium pekat comberan, dan kau pastikan yang ada hanya kotoran.

: Aku? Semua abu-abu.

Hitam dan putih hanya guratan yang kalian tulis pada masing-masing lembar halaman.

: Kau tahu?

Karena langit tak selamanya terang, dan bumi tak selamanya tenang.

Obsesi hanya kumpulan halusinasi yang tak pasti.
Rumus kehidupan yang melupakan faktor tak diperhitungkan.

Kebaikan dalam kejahatan dalam sempurnanya peran yang kalian mainkan.

Lalu untuk apa penyesalan jika takdir sudah digariskan?
Ah! Mungkin sebagai pelengkap ampas terakhir kopi malam ini.

- Yin dan yang. Surga dan neraka. Kau dan kalian.

: Aku? Terlarut dalam hisap terakhir racikan sang master tembakau.

Jakarta, 3001











Tidak ada komentar:

Posting Komentar